Hingga saat ini, rasanya saya memang masih belum bosan memuji betapa briliannya hal-hal yang dilakukan oleh Rocksteady ketika mereka memperkenalkan Batman: Arkham Asylum pertama kalinya di tahun 2009 lalu. Demam Batman yang boleh dikatakan sangat terpengaruh oleh fenomena sukses filmThe Dark Knight di 2008 mungkin bisa jadi salah satu alasan yang membuat sebagian kalangan gamers beranggapan pesimis terhadap rencana rilis Arkham Asylum saat itu. Seperti biasanya, adaptasi game dari film memang cenderung mengecewakan. Dan anggapan tersebut pun rasanya tidak banyak berubah sampai dengan sekarang, mengingat game Arkham Asylum itu sendiri memang tidak dibuat oleh Rocksteady menurut versi layar lebar sang manusia kelelawar, melainkan dari versi graphic noveldengan judul sama. Satu langkah cemerlang yang memang sukses membuat game buatannya terus diingat gamers sebagai game superhero terbaik yang pernah ada.
Sementara sebagian fans sudah cukup puas dengan game pertamanya, mungkin lain halnya dengan sang developer yang masih melihat adanya potensi untuk sebuah kelanjutan. Studio game yang bermarkas di Inggris inipun dengan senang hati mempertemukan kembali Batman dan musuh-musuh bebuyutannya yang sudah tidak asing. Welcome to Arkham City...
Sebagai sekuel dari game sebelumnya, Batman: Arkham City melanjutkan ceritanya dengan setting satu tahun seusai kejadian yang menutup Arkham Asylum. Quincy Sharp, yang kini menjabat sebagai walikota Gotham, telah menggunakan sebagian kota Gotham yang ia namakan dengan Arkham City sebagai penjara terbuka untuk menampung para penjahat yang semula menghuni Arkham dan Blackgate Prison. Sharp yang bertangan besi dalam memerintah Gotham pun tidak segan-segan untuk menangkap dan menjebloskan mereka yang berani menentang aturannya ke Arkham City, termasuk Bruce Wayne. Identitas asli dari Batman inipun tidak luput dari tangkapan, yang sebenarnya didalangi Hugo Strange. Apapun maksud jahat yang sedang ia rencanakan, adalah tugas Bruce alias Batman untuk menghentikannya. Akan tetapi, jelas bukan cuma Strange satu-satunya ancaman yang perlu dikuatirkan sang jagoan kali ini.
Aspek gameplay tidak diragukan memang sesuatu yang membuat nama Arkham Asylum begitu besar di mata gamers. Dan kebanggaan tersebut pun tampaknya dapat diulangi kembali oleh Arkham City. Setelah Arkham Asylum merealisasikan khayalan gamers menjadi Batman selama ini, sekuel ini kembali dengan mempertahankan sejumlah aspek yang diandalkannya. Setting bergaya open world, gameplay Stealth & Predator, Freeflow Combat System, Detective Mode dan berbagai gadget mutakhir khas Batman merupakan sejumlah kekuatan dari game pertamanya yang dapat kalian temukan kembali disini. Namun, tidak hanya sekedar memasukkan kembali elemen-elemen tersebut, beberapaimprovement pun turut dilakukan Rocksteady untuk membuat pengalaman sebagai Batman terasa semakin berkesan.
Arkham Asylum sebagai setting dengan nuansa open world memang cukup luas untuk dijelajahi. Di game pertamanya kita telah menemukan sejumlah collectibles yang dapat dikumpulkan dari menjelajahi berbagai pelosoknya. Kini, Arkham City tampil sebagai setting yang menampilkan luas mencapai beberapa kali lipat sebelumnya. Selain dapat menemukan kembali Riddler Trophy yang tersebar, Arkham City pun masih menyimpan cukup banyak hal yang dapat dieksplorasi di berbagai penjurunya. Di samping plot cerita utamanya, setting open world ini turut memberi lebih banyak side mission sebagai pilihan hal yang juga menunggu untuk diselesaikan. Mulai dari kerjasama dengan Bane, menghentikan kegilaan Zsasz, sampai melacak Deadshot dapat kalian lakukan sebagai selingan dari skenario utamanya.
Stealth yang banyak ditekankan pada game pertamanya kembali mendapat perhatian yang cukup baik disini. Tidak hanya dapat melakukan berbagai metode Predator yang sama dengan sebelumnya, sejumlah improvement turut memungkinkan pilihan takedown dan gadget yang baru untuk digunakan dalam melumpuhkan lawan-lawan dari Vantage Point. Cara-cara yang membuat feel sebagai Batman semakin terasa hidup. Sebagai jagoan paling manusiawi di antara jagoan-jagoan DC Universe lainnya, tidak mempunyai kekuatan super merupakan satu keterbatasan sang Caped Crusader yang malah menjadi kekuatan mutlak dalam game-nya. Banyak sekali cara dan hal yang dapat dimanfaatkan untuk menundukkan setiap musuh yang kalian temui. Jadi, seperti layaknya game-game yang mempresentasikan stealth secara tepat, berpikir secara taktis dan memanfaatkan medan pun jelas menentukan dalam sekuel ini.
Sebagai Batman, kemampuan beladiri Bruce Wayne merupakan salah satu modal yang diperlukan untuk menghadapi lawan-lawannya. Keberhasilan Arkham Asylum mengadaptasikannya ke dalam bentuk sistem Freeflow Combat tidak diragukan turut membesarkan nama game tersebut di hadapan fansnya. Mungkin inilah combat system terbaik untuk sebuah game yang menekankan gameplay beat 'em up di dalamnya. Sistem ini memungkinkan Batman dapat melancarkan rangkaian combo tanpa terputus oleh jarak dari satu lawan ke lawan yang lainnya. Sebuah mekanisme yang sangat diapresiasi bagi para penyuka aksi Batman yang komikal karena perkelahian dapat dikuasai dengan menggunakan tombol directional, attack, dan counter. Kini, Arkham City menghadirkannya kembali dengan tidak melewatkan beberapa peningkatan yang membuatnya semakin berarti. Jumlah dan kemampuan AI yang ditingkatkan, dengan ritme critical strike yang lebih ketat membuatnya jadi semakin menantang. Mekanisme yang sederhana untuk dilakukan pada dasarnya, namun cukup sulit untuk dikuasai sebenarnya.
Untuk memberikan variasi lebih banyak, berbagai gadget andalan Batman pun dapat dipadukan di dalam pertarungan. Di samping sejumlah gadget yang sudah ada dari game pertamanya, adapungadget tambahan untuk kali ini di antaranya: Smoke Pellet yang dapat dipergunakan untuk membingungkan lawan, Remote Electrical Charge untuk menyetrum lawan, dan Ice Grenade untuk membekukan. Selain itu, beberapa gadget lama juga memperoleh tambahan fitur seperti misalnya Batarang.
Kemampuan Batman sebagai “World’s Greatest Detective” juga kembali dihadirkan dalam game ini. Di samping berfungsi untuk mendukung metode Stealth & Predator, Detective Mode lagi-lagi punya bagian tersendiri yang terkait dengan aspek ceritanya. Misalnya, ketika Batman diharuskan untuk menganalisa lokasi sniper dari jejak peluru yang ditinggalkan atau melacak jejak seseorang dari darah yang ditinggalkannya. Sesuatu yang cukup menarik dan berpotensi untuk dikembangkan sebenarnya. Sayang, Rocksteady sepertinya memilih untuk lebih menekankan porsi pertarungan kepada Batman kali ini.
Sementara Arkham City mendatangkan beberapa wajah penjahat yang belum sempat hadir di game prekuelnya, sekuel terbaru inipun turut memperkenalkan Catwoman sebagai karakter playable yang punya peranan di dalam skenario. Namun, perlu kalian ketahui kalau Ms. Selina Kyle ini baru dapat dimainkan dengan menukarkan downloadable code yang terdapat di dalam kemasan game-nya. Merasa ragu dan sayang menggunakannya? Akan lebih disayangkan lagi kalau kalian melewatkan esensi game ini secara penuh. Tidak hanya memiliki integrasi di dalam aspek skenarionya, kemunculan Catwoman dalam empat segmen ini juga memberikan variasi yang segar dari segi gameplay. Ia punya beberapa peralatan yang tidak dimiliki Batman, Thief Vision, kemampuan merayap di langit-langit ruangan bak Spider-Man dan yang penting...ia seksi.
Terlepas dari berbagai kemampuan yang menjadi modal dalam menghadapi Hugo Strange dan para bandit Gotham lainnya kali ini, Batman tetap dapat berkembang menjadi semakin tangguh lagi seiring dengan jalannya permainan. WayneTech, divisi teknologi yang dimiliki Bruce Wayne itu sendiri, menjadi fasilitas yang dapat kalian gunakan untuk mengembangkan berbagai kemampuan Batman (dan Catwoman juga). Dengan mengumpulkan experience, kalian masih dapat melakukan sejumlah upgrade terhadap gadget dan juga power up untuk Batman seperti pada game terdahulu.
Berbicara mengenai aspek grafisnya, Arkham City menampilkan kualitas visual yang secara garis besar tidak banyak berbeda dari pendahulunya, mengingat pengembangan kali ini masih dilakukan dengan menggunakan teknologi Unreal Engine 3. Batman dan seisi Arkham City kembali diperlihatkan secara mendetil dalam tone warna gelap yang tepat untuk menggambarkan suramnya tempat ini. Begitupun dengan detil dari Batman dan tiap karakter yang ada. Tampak baik, terutama pada Batman yang kembali memperlihatkan efek-efek damage untuk menambah kesan realistis di sepanjang aksinya di Arkham City. Memuaskan secara keseluruhan, namun tetap belum mencapai sempurna sebagaimana sedikit minus dari segi grafis masih dapat ditemukan oleh mereka yang memperhatikannya. Pop-in objects yang sering nampak di berbagai game dengan dukungan Unreal pun tidak luput dalam game ini. Terlepas dari sedikit kendala minornya, aspek grafis ini tetaplah memuaskan. Terlebih bagi kalian yang dapat melihatnya dalam dukungan 3D.
Dari segi voice acting-nya, beberapa voice actor kawakan yang bertugas menghidupkan karakter-karakter di game ini terbilang menjalankan perannya dengan cukup baik, meski ada beberapa kualitasvoice acting di dalamnya yang terdengar cukup monoton seperti saat para penjahat terkejut melihat keberadaan Batman atau pada saat mereka yang terdengar tidak henti-hentinya menyebut Catwoman dengan panggilan kasar. Namun, sesuatu yang cukup jadi kekuatan dari aspek suara inipun tidak diragukan terletak pada sejumlah musik yang tepat menghiasi berbagai momen aksi heroik Batman. Komposisi musik yang cukup untuk membuat gamers serasa memang tengah memegang peran utama di dalam film sang Dark Knight.
Arkham City tidak akan membuat kalian cukup puas hanya dengan sekali menyelesaikan plot utamanya. Game ini masih punya banyak hal di samping trophy/achievement yang cukup membuat saya tetap ingin memainkannya lagi dan lagi. Dengan menyelesaikan game pertama kalinya, gamers akan membuka pilihan New Game Plus yang memungkinkan kalian dapat mengulang skenario dengan tetap membawa seluruh progress yang telah dikumpulkan dalam difficulty yang lebih sulit. Kalian dapat melengkapi seluruh upgrade Batman, melanjutkan mengumpulkan berbagai Riddler’s Challenge untuk Batman dan Catwoman yang tersisa, juga menyelesaikan segala side mission yang sebelumnya mungkin belum sempat kalian bereskan. Bagi gamers yang menikmati bagaimana Batman beraksi membasmi lawan-lawannya, Challenge Map kali inipun jelas akan sayang untuk ditinggalkan. Ada catatan rekor yang dapat dipecahkan dalam Ranked Challenge, serangkaian Riddler Campaign untuk diselesaikan, dan Custom Challenge dimana kalian dapat mengaktifkan kondisi tertentu dalam menyelesaikannya. Tertarik memainkannya dengan DLC Robin dan Nightwing?
Editor’s Tilt – 9.3
Yup, Batman memang jagoan saya, dan Batman: Arkham City tampaknya hampir merealisasikan semua hal yang dapat saya imajinasikan sebagai sang manusia kelelawar. Saya menyukai cara Stealth & Predator yang lebih bervariasi, sistem Freeflow Combat yang semakin diperdalam, gadget yang lebih banyak, lawan-lawan yang muncul kali ini, dan bagaimana Rocksteady mengemas seisi Arkham City. Oh ya, juga pembukaan yang mengesankan dengan Bruce Wayne.
Secara keseluruhan, Arkham Asylum dan kini, Arkham City, memang sudah cukup untuk memuaskan keinginan saya akan bagaimana sebuah game Batman seharusnya. Apabila ada pengembangan selanjutnya, saya harap Rocksteady sudah siap dengan sejumlah hal yang belum sempat dipenuhi saat ini. Mungkin Robin yang jadi playable dalam skenario, investigasi yang lebih diperbanyak porsinya, boss battle yang lebih menantang, dan segmen yang memungkinkan kendaraan-kendaraan khas Batman dapat digunakan. Hmm... Rasanya saya sudah mulai penasaran bagaimana Rocksteady membuat saya benar-benar merasa jadi sang Dark Knight untuk ketiga kali nantinya. (VIdeogamesindonesia)
0 comments:
Post a Comment